“Future Proofing” Bisnis Kuliner, Ini dia 10 Catatan Pentingnya (Part 1)
Setiap orang yang memiliki dan membangun bisnis kuliner pasti menginginkan bisnisnya bertahan lama, tetap relevan di mata konsumen, dan mampu menyesuaikan dengan perubahan jaman. Sudah tentu seiring dengan waktu, berbagai tantangan dalam bisnis kuliner akan datang menghampiri, seperti:
a. Perubahan trend dan selera konsumen, yang terjadi seiring dengan peningkatan kondisi ekonomi ataupun perkembangan preferensi konsumen sehingga produk yang dulunya diminati sudah dianggap usang atau ketinggalan jaman.
b. Kemajuan dan akselerasi teknologi, yang akan mengubah cara bisnis kuliner berinteraksi dengan konsumen, memotong proses yang tidak perlu / tidak efisien dalam bisnis dan memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk-produk kuliner.
c. Produk menjadi tidak relevan karena ada alternatif yang lebih baik, misalnya produk dengan kualitas yang lebih baik, lebih terjangkau dan menawarkan benefit yang jauh lebih banyak
Nah disinilah pentingnya persiapan yang perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut diatas yang dalam artikel ini kita sebut sebagai “future-proofing”.
“Future-proofing” sebuah bisnis, intinya, adalah tentang usaha yang harus dilakukan untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di masa depan dan membangun langkah-langkah untuk meminimalisir tekanan dan tantangan yang akan datang. Berikut adalah 10 hal yang bisa dilakukan untuk “future-proofing” bisnis kuliner kita:
1. Bangun budaya inovasi yang konsisten
Salah satu kunci untuk menjaga relevansi produk dalam bisnis kuliner adalah kemampuan berinovasi secara konsisten sehingga produk yang kita tawarkan tetap sesuai dengan selera konsumen dan perubahan pasar. Kemampuan berinovasi sangat terkait erat dengan kemampuan dan kepekaan membaca / menganalisa kebutuhan konsumen serta perubahan trend yang terjadi. Kemampuan ini harus dilatih, dibangun, dan dibiasakan sehingga menjadi budaya. Silahkan baca artikel tentang “Innovate or Die" yang membahas lebih lanjut tentang bagaimana membangun budaya inovasi.
2. Kenali dan kelola resiko dalam bisnis
Dua sisi mata uang dalam setiap bisnis adalah memaksimalkan kesempatan dan meminimalkan resiko. Resiko dalam bisnis harus dikenali dan dikelola dengan baik. Pengelolaan resiko yang efektif berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk, sedapat mungkin, mengendalikan kemungkinan terjadinya sesuatu di masa yang akan datang dengan proaktif dan bukan reaktif. Dengan kata lain pengelolaan resiko yang efektif memberikan potensi untuk mengurangi terjadinya resiko dan akibatnya. Resiko dalam bisnis itu tidak bisa dihilangkan hanya bisa dikelola, dihindari atau diminimalkan akibatnya. Silahkan baca artikel sebelumnya mengenai 8 Resiko yang Wajib Dikelola dalam Bisnis Kuliner untuk pembahasan lebih lanjut.
3. Jangan terlalu tergantung pada segmen produk tertentu
Dalam bisnis kuliner tentunya kita harus memiliki produk unggulan yang menjadi sumber pendapatan utama. Tapi ibaratnya pilar, memiliki lebih dari satu pilar akan memperkuat pondasi bisnis kita. Kembangkan produk baru yang bisa melengkapi dan mengisi segmen yang masih kosong, misalnya untuk outlet dine-in dengan mengisi segmen pagi / sarapan dengan produk yang sesuai, mengisi segmen cemilan, ataupun segmen minuman unggulan. Route-to-consumer juga harus dikembangkan misalnya kontribusi pendapatan dari dine-in sebaiknya diimbangi juga dengan kontribusi yang kuat dari online delivery ataupun big order / catering.
4. Pelajari perilaku dan masukan konsumen
Terkadang sebagai pelaku bisnis kuliner kita terlalu sibuk dalam usaha meningkatkan omset penjualan atau membuat produk-produk baru, dan lupa untuk mengamati perilaku konsumen, mengumpulkan masukan (feedback) dari konsumen, serta mengambil tindakan perbaikan / mengakomodasi masukan-masukan tersebut. Ini adalah salah satu cara yang paling murah mendapatkan masukan tentang perubahan pasar tanpa harus melakukan riset intensif secara terpisah. Bangun database konsumen, hubungi mereka dengan baik, tanyakan feedback dengan spesifik sehingga kita bisa menindaklanjutinya dengan jelas tidak sekedar hanya menanyakan puas atau tidak puas.
5. Amati trend yang baru dari daerah atau negara lain
Adalah sesuatu yang sangat ideal jika bisnis kuliner kita bisa menciptakan trend baru. Tapi dalam banyak kasus trend baru terjadi dalam bentuk “gelombang”, dimana trend terjadi di suatu daerah tertentu baru kemudian sampai ke daerah kita. Banyak baca, cari tahu dan bangun jaringan dengan sesama teman / pelaku bisnis kuliner di berbagai penjuru nusantara, apa yang sedang trend disana dan analisa apakah ada yang relevan & bisa kita implementasikan. Lakukan riset sederhana di internet tentang trend industri kuliner di negara lain atau tanyakan kepada teman-teman yang tinggal di luar negeri. Hal-hal kecil seperti ini akan membangun kebiasaan kita untuk tetap curious, sehingga bisa membuat trend baru ataupun sekedar riding the wave, but do it better atas trend yang akan datang.
Bersambung ke part 2
Semoga Bermanfaat.
Let's get SCALE
Foodizz Team
*Buat temen-temen yang mau copas artikel silahkan ajah ga perlu minta izin asal mencantumkan sumber artikelnya, yaitu www.foodizz.id/blog. Yuk hargai karya dan usaha orang lain dalam membuat konten"
Supply Chain Management Mastery
Dalam Bisnis Kuliner
Mengelola belanja, inventory dan logistic, bagaimana strateginya? Apa blind spot nya? Bagaimana KPI nya?
"Siap-siap, ILMU ini akan membuat Anda HEMAT jutaan, puluhan juta, ratusan juta atau bahkan miliaran tergantung skala bisnis Anda. Bukan TEORI, workshop ini dibuat berdasarkan PRATEK DAN PENGALAMAN langsung yang dilengkapi dengan ILMU yang detail"
JANGAN SAMPAI ANDA SALAH LANGKAH DAN RUGI HINGGA MILIARAN RUPIAH! Daftar Sekarang di sini
Sumber Gambar: Unsplash.com
Comments