Break Even Point x Payback Period dalam Bisnis Kuliner, Hmm beda yah?
Dalam membuka usaha kuliner atau usaha jenis apapun, kita sering mendengar istilah Break-even point (BEP), yang juga dikenal dengan istilah titik impas dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya apa sih titik impas itu, apa perbedaannya dengan balik modal yang seringkali dianggap sama dalam percakapan sehari-hari, apa manfaat mengetahui titik impas dan bagaimana langkah-langkah menghitung titik impas tersebut? Artikel ini akan mengupasnya lebih lanjut. Sekali-kali yah Foodpreneur harus mikirrrrrrrrrr kerut kening dulu, khan bisnisnya mau jadi besar. Yuk Ah..
Pengertian Titik Impas
Titik impas (BEP) adalah kondisi dimana pendapatan usaha sama dengan pengeluaran / biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Yang artinya, kondisi usaha tidak rugi dan juga tidak untung, dengan kata lain keuntungan / profit sama dengan nol.
Ini berarti juga bahwa titik impas dapat memberikan gambaran kondisi minimum atas berapa banyak unit yang harus dijual atau tingkat pendapatan yang harus dicapai, agar usaha tidak merugi. Artinya, untuk mendapatkan keuntungan, banyaknya unit yang dijual atau tingkat penjualan harus diatas titik impas.
Titik Impas vs Balik Modal?
Apakah titik impas adalah sama dengan balik modal? Kedua istilah ini memiliki pengertian berbeda, namun sering tertukar penggunaannya dalam percakapan sehari-hari.
Ketika kita membuka usaha kuliner atau usaha di bidang apapun, tentunya kita harus mengeluarkan modal awal (investasi) seperti biaya bangunan (sewa atau pembelian tanah/bangunan), biaya pembelian asset produksi / peralatan masak, serta biaya-biaya lainnya yang diperlukan agar usaha dapat mulai berjalan.
Modal inilah yang akan dihitung berapa lama dapat kembali. Balik modal juga berarti keuntungan yang diperoleh dari usaha dapat menutupi seluruh modal yang telah dikeluarkan di awal. Dalam istilah keuangan, ini berkaitan dengan konsep Return On Investment (ROI) atau lebih khususnya lagi Payback Period (masa pengembalian).
Sedangkan seperti yang telah dijelaskan dalam pengertian diatas, titik impas adalah titik dimana pendapatan usaha seimbang dengan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan. Saat kita menjalankan usaha kuliner, sudah pasti akan mengeluarkan biaya seperti biaya bahan baku dan biaya operasional lainnya, seperti biaya karyawan dan lain-lain. Titik impas (BEP) ini sangat penting dipahami pelaku usaha agar bisa menetapkan target minimum penjualan supaya tidak merugi.
Manfaat mengetahui titik impas
Ada beberapa manfaat baik langsung ataupun tidak langsung jika pelaku usaha memahami dan dapat mengetahui titik impas usahanya. Beberapa diantaranya adalah :
1. Dapat menentukan target minimum penjualan atau berapa unit penjualan dalam periode tertentu (misalnya per bulan) agar usaha tidak merugi dan mendapatkan keuntungan.
2. Dapat membantu perencanaan usaha yang berkaitan dengan penentuan atau perubahan harga jual, yang berkaitan langsung dengan biaya bahan baku atau biaya operasional lainnya.
3. Dapat membantu untuk menentukan dan memvalidasi kapasitas produksi, baik yang berkaitan dengan peralatan produksi ataupun sumber daya yang dibutuhkan, untuk mengoptimalkan keuntungan yang bisa didapat diatas titik impas.
4. Dapat membantu untuk mengidentifikasi langkah efisiensi biaya yang perlu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang juga optimal.
5. Dapat membantu mengantisipasi langkah-langkah yang perlu dilakukan jika terjadi penurunan dalam penjualan.
3 langkah mudah menghitung titik impas
1. Pahami komponen perhitungan titik impas
Ada 3 komponen yang harus dipahami dalam menghitung titik impas
Yang pertama adalah biaya tetap (fixed cost):
Biaya tetap adalah biaya yang besarannya tidak berubah / tetap seiring dengan terjadinya perubahan jumlah produksi, misalnya biaya sewa tempat usaha, biaya depresiasi (penyusutan) alat-alat produksi, biaya listrik (jika proses produksi tidak melibatkan alat-alat produksi yang memerlukan banyak listrik) atau biaya karyawan tetap.
Yang kedua adalah biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya variabel adalah biaya yang besarannya berubah seiring dengan perubahan jumlah produksi, misalnya biaya bahan baku atau biaya yang lainnya yang akan berubah berbanding lurus dengan peningkatan / penurunan jumlah produksi.
Yang ketiga adalah harga jual per unit
Harga jual adalah nilai yang diperoleh dari penentuan harga produk yang ingin kita tawarkan kepada konsumen, dengan kata lain nilai yang dibutuhkan untuk memproduksi barang ditambah dengan nilai keuntungan yang ingin diperoleh.
2. Klasifikasikan biaya yang terjadi di dalam usaha ke dalam jenis-jenis biaya
Setelah memahami komponen perhitungan titik impas diatas, kita harus mengklasifikasikan biaya-biaya yang terjadi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel sesuai dengan perilaku biaya tersebut seperti telah dijelaskan dalam poin sebelumnya.
Ada beberapa kesalahan umum yang biasanya terjadi utamanya dalam usaha kecil mengenai pemahaman biaya misalnya saja
- biaya pembelian alat produksi tidak dibebankan langsung sekaligus ke dalam perhitungan biaya produk tapi dibagi berdasarkan masa manfaatnya. Misalnya pembelian kompor senilai Rp 3,000,000 dapat dibagi sesuai masa manfaatnya misalnya 1 tahun / 12 bulan yang artinya perbulan biayanya adalah Rp 250,000. Inilah yang dikenal dengan biaya depresiasi alat produksi
- biaya sewa tempat usaha yang dibayar dimuka tidak dibebankan sekaligus, tapi dibagi sesuai dengan periode sewanya. Misalnya biaya sewa senilai Rp 12,000,000 per tahun akan dibebankan sebagai biaya tetap per bulan sebesar Rp 1,000,000 (Rp 12,000,000 dibagi 12 bulan). Inilah yang dikenal dengan biaya amortisasi sewa.
- biaya renovasi atau pembangunan outlet juga tidak dibebankan sekaligus tapi juga dapat dibagi sesuai dengan estimasi masa manfaatnya. Inillah yang disebut dengan biaya depresiasi bangunan.
- biaya bahan baku tidak dibebankan sekaligus senilai dengan pembelian yang terjadi dalam satu bulan (periode tertentu). Pencatatan biaya hanya dilakukan hanya atas jumlah yang terpakai / terjual, karena bisa jadi masih ada sisa bahan baku yang masih dalam status persediaan (belum diproduksi / terjual)
3. Hitung titik impas baik dalam a) satuan unit atau b) satuan nilai uang
Contoh kasus :
Usaha Soto Lamongan memiliki struktur harga dan biaya sebagai berikut :
Harga jual per mangkok : Rp 10,000
Biaya tetap per bulan : Rp 1,000,000
Biaya variabel per mangkok : Rp 2,000
Maka:
a. Titik impas per unit =
Biaya Tetap / (Harga jual per unit – Biaya Variabel per unit)
Contoh perhitungan :
1,000,000 / ( 10,000 – 2,000) = 1,000,000 / 8,000
= 125
Sehingga titik impas akan tercapai ketika penjualan sama dengan 125 unit
b. Titik impas nilai uang =
Biaya Tetap / (1 – (Biaya Variabel per unit/ Harga jual per unit))
Contoh perhitungan :
1,000,000 / (1 – (2,000/ 10,000)) = 1,000,000/ (1 – 0,2) = 1,000,000/ 0.8
=1,250,000
Sehingga titik impas akan tercapai ketika nilai penjualan sama dengan Rp 1,250,000
Atau dengan cara lain bisa juga dhitung dari titik impas dalam unit x harga jual per unit (125 unit x Rp 10,000 = Rp 1,250,000)
Demikian tips praktis dalam memahami titik impas, masih banyak faktor-faktor lainnya yang berkaitan yang bisa kita bahas dalam artikel selanjutnya seperti bagaimana penentuan harga jual, strategi apa yang bisa dilakukan untuk mengefisiensikan biaya, baik biaya tetap atau biaya variabel yang pada akhirnya akan mengoptimalkan tingkat keuntungan / profit dan topik-topik lainnya.
Semoga bermanfaat untuk para foodpreneurs! (A/s)
Let's get SCALE
Foodizz Team
*Buat temen-temen yang mau copas artikel silahkan ajah ga perlu minta izin asal mencantumkan sumber artikelnya yaitu www.foodizz.id/blog. Yuk hargai karya dan usaha orang lain dalam membuat konten"
Ingin bisnis bisnis total modal 200 juta
Investor setor full 200 juta
Investor dapet maksimal 20 persen saham
Berarti nilai bisnis kamu 1 miliar
Padahal blom mulai bisnisnya
Kok Bisa? Gimana Itungan VALUASInya?
Ikuti kelas 10X agar kamu bisa membuat valuasi bisnis dengan tepat dan membuat kamu tetap punya MAYORITAS kepemilikan di bisnis kamu walapun 100 Persen modal awal dari Investor. Daftar di link ini
Dapatkan juga template bisnis valuasi sehingga kamu tidak perlu repot mencari format excell untuk membuat valuasi bisnis.
Wah ilmu mahal ni min. Thanks yaa 😃