8 RESIKO YANG WAJIB DIKELOLA DALAM BISNIS KULINER, Wajib dibaca.
Kalau kita sedang diskusi mengenai bisnis, seringkali tercetus pertanyaan besar, “apa sih yang bisa membuat bisnis bisa berkembang dan sukses?”, umumnya jawabannya akan mengarah pada “bisnis yang berkembang dan sukses itu adalah bisnis yang bisa menemukan dan memaksimalkan kesempatan, memenuhi kebutuhan konsumen atau bahkan yang bisa menciptakan kebutuhan / trend yang baru untuk konsumen dan … dikelola dengan baik”.
Apakah jawaban ini tepat? Tentu saja
Tapiiii …. “That’s not the whole story, my friend”
Bisnis ibaratnya adalah dua sisi mata uang … betul kok, salah satunya adalah tentang menemukan dan memaksimalkan kesempatan … tapi sisi lainnya, yang sering kali orang lupa adalah juga tentang mengelola resiko (risk management). Lalu apa yang dimaksud dengan pengelolaan resiko, resiko apa saja yang harus dikelola dalam bisnis kuliner dan bagaimana cara mengelolanya? Nah … silahkan lanjut membaca ya kalau punya keinginan bisnis kulinernya berkembang dan semakin besar lagi.. karena artikel ini akan membahasnya
Kita awali dengan membahas dulu apa yang dimaksud dengan resiko dalam bisnis. Resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu hal yang buruk atau yang tidak diinginkan dalam bisnis.
OK, kalau begitu… terus apa yang dimaksud dengan pengelolaan resiko (risk management) dalam bisnis ? Ini adalah tentang bagaimana kita mengidentifikasi, menganalisa dan merespon faktor-faktor yang menjadi resiko dalam bisnis.
Pengelolaan resiko yang efektif berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk, sedapat mungkin, mengendalikan kemungkinan terjadinya sesuatu di masa yang akan datang dengan proaktif dan bukan reaktif. Dengan kata lain pengelolaan resiko yang efektif memberikan potensi untuk mengurangi terjadinya resiko dan akibatnya. Jadi resiko dalam bisnis itu tidak bisa dihilangkan … hanya bisa dikelola, dihindari atau diminimalkan akibatnya
Terdengar ribet kah? Ngga kok, toh apapun yang kita lakukan dalam hidup selalu ada resikonya … coba kita ambil contoh sehari-hari yaa …
Seandainya kita mau mudik menemui orang tua di kampung halaman menggunakan motor misalnya apakah ada resikonya? Ada tentu saja … tapi apakah orang akan ga jadi mudik karena tau ada resikonya? Belum tentu, malah kebanyakan orang akan tetap melanjutkan rencananya …. Karena mereka tau tujuan utama dan besarnya adalah menemui orang tua tercinta meskipun ada resiko terjatuh, kehujanan, lapar di jalan atau kehabisan bensin. Nah kalau ini adalah daftar resikonya, sadar atau tidak sadar cara yang dilakukan untuk mengelola resikonya adalah dengan memakai helm (yang ber-SNI ya) dan pakaian riding yang baik, menyiapkan jas hujan, bawa bekal dan uang yang cukup untuk makan dan membeli bahan bakar … sederhana kan?
Nah … dalam bisnis atau khususnya bisnis kuliner juga sama kok … pasti ada resikonya. Tapi resiko-resiko itu tidak akan membuat orang berhenti berusaha kan? Karena yang penting adalah tujuan utama bisnisnya… terusss kita kenali resikonya dan kita kelola. Lalu lalu .. apa resiko dalam bisnis kuliner?
Jangan dijawab resiko bangkrut atau gagal ya … kalau ini sih rumput yang bergoyang juga tau. Ga salah memang jawabannya tapi terlalu umum. Identifikasi resiko itu harus cukup spesifik supaya kita tau cara mengelolanya.
Nah inilah 8 resiko utama dalam bisnis kuliner yang harus dikelola, in no particular order … alias tidak ada urutan tertentu ya karena semuanya penting dan saling terkait :
1. Relevansi Produk dan Inovasi
Ini adalah tentang bagaimana kita bisa menjaga produk kuliner dan inovasi produk atau layanan (service) yang dilakukan relevan alias sesuai dengan kebutuhan target market yang kita tuju. Nah itu digaris bawahi ada maksudnya ya, artinya harus cocok, memenuhi selera dan kebutuhan sesuai target marketnya. Karena eh karena …. Sudah pasti kita ga bisa memuaskan selera semua orang.
Terus cara mengelola resiko ini gimana? Pastikan kita lakukan riset, benchmarking, survey konsumen supaya kita tau keinginan / kebutuhan konsumen di segmen pasar yang kita tuju. Dan jawab kebutuhan konsumen tersebut dengan produk kita. Lakukan inovasi secara berkala dan terencana (misalnya buat rencana inovasi dalam setahun dan juga kalender aktifitas marketing) supaya selalu ada yang baru dan tetap menjaga relevansi produk kuliner kita dimata konsumen.
2. Reputasi dan Komunikasi Brand
Ini adalah tentang menjaga reputasi brand termasuk komunikasinya. Di jaman now ini, dimana penggunaan media sosial sangat masif, reputasi brand sangat mudah terpengaruh dengan satu posting atau caption seseorang yang kemudian jadi viral. Misalnya reputasi brand yang terganggu karena layanan outlet yang buruk, produk yang tidak sesuai kualitasnya ataupun cara beriklan / membangun brand awareness yang tidak pas sehingga membuat kontroversi dan persepsi negatif di masyarakat.
Terus cara mengelola resikonya gimana? Pastikan kita punya standar yang jelas dan terstruktur untuk menjaga layanan yang baik kepada konsumen, semua komunikasi brand dalam bentuk iklan atau posting-an di IG, TikTok, YouTube atau medsos lainnya sudah dianalisa dan direview baik dari sisi bahasa, materi atau sensitivitas isinya sebelum diposting atau ditayangkan.
3. Produk yang Aman n Berkualitas
Kalau ini cukup jelas ya dari judulnya. Ini adalah tentang bagaimana kita bisa menjaga produk sesuai dengan standar higienis yang tinggi dan juga dengan kualitas yang baik ketika produk kuliner kita sampai ke tangan konsumen.
Cara mengelolanya, piye? Nah, pastikan kita punya cara kerja yang jelas, SOP (Standard Operating Procedure) yang terstruktur mengenai proses pengadaan bahan baku, proses produksinya di kitchen, quality check untuk menjaga higienitas dan kualitas produk sampai produk tersebut dikonsumsi. Dan yang paling penting semua crew dan karyawan yang terlibat paham atas SOP tersebut dan menjalankannya dengan konsisten.
4. Keuangan
Nah kalau ini tentang resiko-resiko yang berkaitan dengan keuangan. Misalnya resiko rugi, kehilangan karena penggelapan uang (alias ditilep), resiko kekurangan kas (ketika harus bayar kepada supplier atau bayar gaji karyawan), resiko pendapatan yang menurun sampai kepada resiko biaya yang terus membengkak.
Then how? Untuk ini pastikan kita punya prosedur otorisasi keuangan yang jelas untuk semua transaksi yang terjadi didalam bisnis. Pastikan kita punya sistem pelaporan keuangan yang jelas dengan laporan keuangan (laba/rugi, neraca dan cash flow) yang akurat, transparan yang paling penting direview dan dianalisa apa penyebab perubahan yang terjadi (naik atau turunnya). Pastikan juga kita punya perencanaan yang baik atas rencana pendapatan, rencana biaya dan rencana pengeluaran kas lainnya, misalnya investasi. Semua keputusan keuangan yang penting harus terukur dan didasarkan atas data & analisa.
5. Ketaatan pada Peraturan dan Legal
Cukup jelas dong ya? Dalam bisnis pastikan kita mematuhi segala peraturan yang berkaitan dengan bisnis kita misalnya ijin usaha, pendaftaran merek / hak kekayaan intelektual, aturan perpajakan baik aturan pajak daerah / pajak restoran, sampai dengan pajak usaha. Pokoknya semua aturan dan perundang-undangan yang berlaku di NKRI tercinta ini harus kita patuhi, jangan pernah berkompromi dengan ini ya.
Ini juga berkaitan dengan aspek legal / hukum, misalnya pastikan semua kontrak yang ada dengan supplier, partner, atau franchisee semuanya jelas dan adil dengan kata lain mengatur hal-hal yang penting dalam hubungan kedua belah pihak dan memiliki kekuatan hukum. Jadi seandainya kalau terjadi masalah atau dispute, kita punya landasan kontrak yang jelas.
6. Kontinuitas Supply dan Operasional
Ini adalah tentang memastikan ketersediaan produk yang konsisten sesuai dengan standar yang diinginkan … yang pada akhirnya menjaga kepuasaan dan kepercayaan konsumen.
Cara mengelolanya ? Biar ga diulang lagi silahkan baca artikel sebelumnya tentang 4 Peran Penting Supply Chain Management dalam Bisnis Kuliner ya … Sudah lumayan dijelaskan dengan lebih terperinci di artikel tersebut
7. Sumber Daya Manusia dan Kemampuannya
Kalau ini berkaitan dengan bagaimana kita bisa menjaga kesiapan dan kualitas sumber daya manusia yang menjalankan bisnis kuliner kita. Seringkali ini menjadi masalah yang besar dalam bisnis apapun itu, mulai dari susahnya mencari karyawan yang memenuhi kriteria kita inginkan, proses training sampai kepada menjaga karyawan yang baik dan berkinerja bagus agar tetap bersama bekerja dalam bisnis kuliner kita.
Cara mengelolanya? Pastikan kita punya mekanisme dan standar yang jelas dalam proses rekrutmen, proses pelatihan & pengembangan yang berkelanjutan serta standar remunerasi, sistem gaji & bonus yang transparan, menarik yang akan memotivasi karyawan untuk memberikan kinerja yang terbaik. Jangan lupa juga untuk memiliki sistem pengembangan karir dan promosi yang jelas sehingga karyawan akan selalu merasa ada potensi pengembangan ke arah yang lebih baik.
8. Adaptasi dan Implementasi Digital
Last but not least … (ini ga usah diterjemahkan ya, bingung cari padanan Bahasa Indonesianya …. Kalau kita ingin bisnis kuliner kita berkembang besar dan cabangnya banyak, sudah pasti kita harus mengikuti perkembangan jaman dan tidak lagi mengandalkan cara kerja jaman old yang manual. Kita harus memiliki sistem kerja dan prosedur yang jelas dalam setiap fungsi bisnis, siap dengan sistem IT yang mendukung misalnya sistem kasir yang terhubung (POS online), sistem pembayaran digital, dan lain-lain. Ini juga termasuk otomatisasi cara-cara kerja yang manual, misalnya sistem pembelian barang kepada supplier, sistem pengelolaan persediaan (inventory management) dan lain-lain.
Nah … selamat kalau para foodpreneurs sudah membaca sampai titik ini. Mudah-mudahan memberikan gambaran yang jelas tentang dua sisi mata uang bisnis kuliner, terutama tentang pengelolaan resiko yang berkaitan. Variasi dan turunan resikonya bisa jadi akan banyak, yang penting para foodpreneurs mendapatkan ide dan inspirasi atas resiko-resiko utamanya dan gambaran tentang bagaimana cara mengelolanya.
Terakhir … jangan lupa mengaplikasikannya dalam bisnis kulinernya sehari-hari ya. (A/S)
Let's get SCALE
Foodizz Team
Serial #133
*Buat temen-temen yang mau copas artikel silahkan ajah ga perlu minta izin asal mencantumkan sumber artikelnya yaitu www.foodizz.id/blog. Yuk hargai karya dan usaha orang lain dalam membuat konten"
Ingin bisnis bisnis total modal 200 juta
Investor setor full 200 juta
Investor dapet maksimal 20 persen saham
Berarti nilai bisnis kamu 1 miliar
Padahal blom mulai bisnisnya
Kok Bisa? Gimana Itungan VALUASInya?
Ikuti kelas 10X agar kamu bisa membuat valuasi bisnis dengan tepat dan membuat kamu tetap punya MAYORITAS kepemilikan di bisnis kamu walapun 100 Persen modal awal dari Investor. Daftar di link ini
Dapatkan juga template bisnis valuasi sehingga kamu tidak perlu repot mencari format excell untuk membuat valuasi bisnis.
Sumber Gambar: Unsplash.com
Comments