7 Strategi Untuk Menaikan Harga Jual Dalam Bisnis Kuliner
"Hallo Foodizz, mau nanya nih gimana caranya kita mau naikin harga tapi tidak membuat konsumen kita menjadi komplain atau malah meninggalkan kita karena kenaikan harga tersebut?"
HARGA, memang salah satu faktor yang punya pengaruh besar di dalam bisnis kuliner, HARGA punya impact yang sangat besar baik dari sisi konsumen maupun dari sisi perusahaan. Dari sisi perusahaan, HARGA JUAL merupakan faktor penting terkait dengan REVENUE dan PROFIT perusahaan, jika harga TEPAT dan BAGUS, tentu REVENUE akan ok dan profit akan juga ok (tentu asumsi cost lain normal yah), namun tidak sedikit juga akhirnya bisnis bisa ROBOH gara-gara strategi harganya tidak tepat.
NAIKIN HARGA, nah apalagi ini, perlu dipikirkan dengan betul-betul matang jika ingin menaikan harga, apalagi jika bisnis kuliner kita konsumennya PRICE SENSITIVE, dan juga kita bermain di traffic based yang besar, godaan naikin harga bisa membuat TRAFFIC turun signifikan yang secara jangka pendek mungkin REVENUE masih ok karena konsumen yang ada membayar lebih tinggi, namun dalam jangka panjang kenaikan harga ini bisa menimbulkan masalah besar bagi bisnis kita.
Jadi hati-hati soal ini, masih banyak strategi lain yang bisa ditempuh sebelum memutuskan menaikan harga seperti MENURUNKAN COGS (sudah ditulis beberapa kali di blog Foodizz) atau menurunkan biaya OPEX, sehingga kita tidak perlu menaikan harga. Tapi bagaimana jika HARUS entah karena memang secara financial sudah mendesak untuk dilakukan atau karena misalnya "Boss" meminta untuk harga dinaikan dan kamu tidak punya pilihan lain selain harus menaikan harga? Nah ada tentu strateginya, coba yuk kita lihat 7 strateginya apa ajah.
1. KEMASAN / PLATTING
Harga bisa dinaikan dengan cara kita mengganti kemasan / packaging atau platting (penyajian). Kemasan yang dibuat lebih keren, bernilai estetik, dan juga berkualitas akan membuat konsumen berpersepsi bawah harga yang diberikan sebanding dengan produk yang dibeli. Atau misalnya temen-temen pergi ke dua coffee shop, yang satu menjual coffee dengan harga 18 ribu dengan gelas plastik yang tidak menarik untuk difoto, satu lagi coffee shop dengan gelas keramik yang harganya lebih mahal sekitar 22 ribu, persepsi temen-temen bisa jadi membuat yang harga 18 ribu tidak ok sementara yang 22 ribu harganya biasa ajah. Demikian juga kemasan, harga 15 ribu dengan kertas minyak warna coklat dibanding 18 ribu dengan packaging bowl yg didesign keren bisa membuat persepsi yang sangat jauh berbeda. Ingat, packaging / platting itu ada cinta pada pandangan pertama jadi perhatikan hal ini dengan baik.
2. SEGMEN PASAR
Kita bisa meningkatkan harga dengan menambah segmen market yang kita tuju, misalnya jika dulu segmen market kita SES C, nah kita melakukan beberapa strategi untuk membuat segmen market kita mulai naik menjadi SES B, di sini kita punya potensi untuk meningkatkan harga jual, namun strategi ini tentu tidak bisa berdiri sendiri karena tetap harus terintegrasi dengan beberapa strategi lain yang kita bahas poin-poinnya di artikel ini. Contoh seperti HAUS!, ada perbedaan harga ketika dulu pertama kali diluncurkan tentunya dan tentu HAUS! perlu menggarap segmen market yang lebih atas juga untuk membuat bisnisnya bisa lebih sustain, nah coba temen-temen perhatikan, ambil contoh packaging & outlet designnya, sudah berbeda khan dibandingkan yang dulu, ini yang dimaksud dengan terintegrasi dengan strategi lain.
3. TAMBAH PENGALAMAN / FASILITAS
Ngopi sambil bisa main PS 5, ngopi sambil bisa main Mini Golf atau ngopi serasa di Coworking space yang keren dan nyaman, untuk semua ini konsumen tidak akan keberatan membayar "lebih mahal" untuk bisa mendapatkan EXPERIENCE yang mereka butuhkan. Jadi strategi TAMBAH PENGALAMAN KONSUMEN juga bisa digunakan untuk kita meningkatkan harga. Jika kita perhatikan bahkan tempat-tempat yang EXPERIENCE tidak banyak tandingannya, misalnya di sawah, di tebing, di gunung, dll mereka bahkan bisa meningkatkan harga tanpa harus khawatir karena konsumennya membeli EXPERIENCE dan untuk ini ditukar dengan harga sedikit mahal, ok lah.
4. MENU BARU YANG SPECIAL
"New SATE KAMBING, menggunakan BATIBUL, "kambing dengan umur tiga bulan". Di sini kita coba meningkatkan harga dengan mengeluarkan MENU BARU yang diharapkan bisa menggeser menu CORE sebelumnya, atau setidaknya memindahkan sebagian omset dari MENU CORE yang ada sebelumnya. Menu ini tentu harus SPECIAL, punya differensiasi yang kuat, dan tentu dengan harga yang lebih MAHAL.
5.NAIKAN SECARA BERTAHAP
Harga juga bisa dinaikan secara bertahap dengan pertama kita lakukan dulu ANALISA MATRIX MENU tentunya, kita harus tau harga mana yang dinaikan, apa impactnya terhadap konsumen dan tentu terhadap bisnis kita (finance, image, dll), tidak direkomendasikan menaikan harga secara agresif yang membuat konsumen SADAR klo semua harga naik, apalagi misalnya tidak dibarengin dengan strategi lain yang membuat kenaikan harga tersebut tidak worthy. Kita misalnya bisa memiliki untuk menaikan dulu harga jual CORE menu yang paling besar kontribusinya terhadap omset dan profit, dan itupun dinaikan secara bertahap, misal 20% dulu untuk melihat dan mengkaji dampaknya.
6. DECOY PRODUCT
Harga juga bisa kita naikan dengan membuat VARIASI VOLUME serta dikombinasikan dengan DECOY PROCDUCT & SOP penjualan, contoh yang paling mudah seperti di Starbucks Coffee yang punya pilihan Tall, Grande, & Venti dengan variasi harga yang berbeda, kita pasti tidak sadar di mana secara SOP barista Starbucks Coffee sering memulai pertanyaan untuk membeli ukuran GRANDE atau VENTI, yaitu harga sedang dan mahal, bukan dari harga termurah, hal ini membuat konsumen akhirnya membeli lebih banyak, nah jika product DECOY ini kita jadikan strategi menaikan harga, ini akan cukup powerful untuk membuat konsumen tidak sadar jika mereka membeli harga lebih mahal.
Baca juga artikel menarik lainnya: Grande atau Venti? Rahasia Besar di Balik Istilah Cup Size Starbucks. Billion Dollar Impact!!
7. BRAND POSITIONING
Terkahir, harga juga bisa kita naikan dengan menggeser atau merubah brand positioning. Warkop menjualan harga Indomie 8.500 namun di Upnormal anda akan mendapatkan produk yang sama dengan harga di atas 10 ribu padahal sama-sama "warkop", mengapa? Karena Upnormal punya brand positioning yang berbeda dengan warkop pada umumnya, sehingga Upnormal bisa menaikan harga dan menjual produk lebih mahal. Kembali lagi tentu strategi ini tidak bisa berdiri sendir, harus diikuti serangkai aktifitas lain untuk bisa berhasil apalagi terkait peningkatkan harga dengan cara menggeser atau merubah positioning.
Demikain topik tentang kenaikan harga, jadi temen-temen pilih dengan pertimbangan stratejik ketika bisa menaikkan harga, yang mana yang paling tepat digunakan, sehingga kenaikan harga membuat bisnis kita menjadi lebih ok sesuai harapan bukan sebaliknya malah jadi masalah baru bagi bisnis kuliner kita.
Semoga Bermanfaat
Foodizz
1st F&B EduTech in Indonesia
Belajar Bisnis Kuliner ..... Yah di Foodizz.
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com
Join Telegram Group di t.me/foodizzid
GOOD NEWS
Temen-temen kuliner di Bulan Mei 2021, Foodizz akan mengadakan untuk pertama kalinya BOOTCAMP BISNIS KULINER dengan topik VALUASI BISNIS, INVESTOR & MENDAPATKAN PENDANAAN yang akan diadakan selama 4 hari, dari pagi - malam. Temen-temen akan langsung dimentoring oleh Pa Budi Isman, Rex Marindo, Gito Wahyudi, Yuszhak M. Yahya, Danis Puntoadi, Akhmad Saeful, Kukuh B. Santoso, dan beberapa Venture Capital invitation untuk bisa menyusun langsung VALUASI BISNIS milik temen-temen, serta berkesempatan langsung di pertemukan dengan INVESTOR yang siap melakukan investasi di bisnis kuliner jika mereka tertarik dengan bisnis temen-temen kuliner.
Silahkan yang tertarik untuk mendaftar di sini atau WA langsung CS Foodizz 0813-1214-7974
Peserta hanya dibatasi sebanyak 28 peserta dan akan dipilih peserta yang memang siap untuk melakukan valuasi dan di investasi.
*Buat temen-temen yang mau copas artikel silahkan ajah ga perlu minta izin asal mencantumkan sumber artikelnya, yaitu www.foodizz.id/blog. Yuk hargai karya dan usaha orang lain dalam membuat konten.
Sumber Gambar: Unsplash.com
Commentaires